Rabu, 06 Juni 2012

Dua Megalith Hilang di Pasar Kaget


Megalith di tengah Pasar Kaget Talang Jawa Kecamatan Lahat
Harian Lahat, Menhir di Talang Jawa Kecamatan Lahat yang terdapat simpang pasar Senggol atau pasar Kaget Lahat kini tidak tahu rimbanya di mana. Batu jenis monolit itu menurut Irfan (42) belum terdaftar di Balai Arkeologi. Batu itu bentukya seperti megalith menhir.

“Megalith yang kini berada di tengah pasar itu, dulunya megalith itu berada di tegah kebun ubi. Karena perkembangan jaman dan kebutuhan lokasi maka batu megalith itupun ikut disingkirkan,” kata Irfan.

Batu yang berada di tengah-tengah persimpangan Talang Ubi yang kini berada di tengah-tengah Pasar Senggol atau Pasar Kaget itu ada tiga. Batu yang besar dua buah dan satu yang kecil. Di batu itu terdapat tulisan dan gambarnya, ada bentuk bentuk yang dibuat manusia, ada pahatan yang sudah terpola.

Irfan memperkirakan batu megalith itu merupakan rangkaian dari ribuan megalith yang terdapat di Kabupaten Lahat. Setelah ada relokasi dari Pasar Belanda di jalan Inspektur Yazid ke Gang Senggol sekitar tahun 2004 batu itu menjadi terganggu.

Di tengah simpang ini lokasi tiga megalith yang kini jadi kios pasar
“Dari tiga batu itu, batu yang besar terdapat ukiran mirip arca kodok, jadi batu itu ada bentuk anatomisnya,” katanya.

Sementara pendapat Joni Hariyansyah (27) bahwa setelah relokasi Pasar Belanda ke Gang Senggol, batu itu menjadi tempat meletakkan meja-meja dagangan atau tiang-tiang kios. Batu itu kira-kira tingginya 120cm lebarnya 120cm ada semacam ukiran di batu itu.

Berdasarkan pantauan Harian Lahat, Rabu, (6/6) di lapangan, masih terdapat satu batu lebar seperti tempat duduk atau meja. Di batu itu terdapat ukiran-ukiran dari tangan-tangan jahil yang menuliskan nama, dan menggambarkan bentuk-bentuk tertentu. Masih belum tahu apakah betul batu peninggalan jaman megalitikum atau bukan. Tetapi apabila melihat bentuknya ada kemiripan dengan batu megalith yang ada di Lahat ini.

Keberadaan batu itu dibelakangi oleh pedagang sayuran dan buah. Bahkan menjadi tempat duduk penjual buah-buahan. Ketika dikonfirmasi kepada penjual buah yang tidak mau disebut namanya dirinya tidak tahu mengenai batu yang menjadi tempat duduknya setiap berjualan.

“Sandi aku jualan batu ini la ade, dak terti batu ape tini. Cuman sikok nilah sandi dulu,”katanya sambil melayani pembeli. [jajangrkawentar]

1 komentar:

  1. wah... ini kehilangan besar... terus tindaklanjut dari para pemangku kepentingan apa ya...

    mak mano pulo budayo kito kalo macem ini...

    BalasHapus