Minggu, 27 Mei 2012

UNESCO Lewat Lahat, Pagaralam Kudai

Oleh Jajang R Kawentar
Masyarakat Lahat yang terus memantau perkembangan pembagunan daerahya melalui berita-berita di media massa, mulai terusik ketika Pagaralam yang memiliki kekayaan sejarah seni budaya berupa megalith sudah didaftar ke United Nations Educational Scientific, and Cultural Organisation (UNESCO) sebagai warisan budaya atau heritage dunia. Kenapa Kabupaten Lahat yang memiliki ribuan megalith tidak didaftar ke UNESCO ya? Kenapa UNESCO tidak megetahui keberadaan megalith Lahat? Sebetulnya kemana hasil penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa yang mencari gelar S2 dan S3 baik mahasiswa dari dalam dan luar negeri.
UNESCO merupakan Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan di bawah Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) yang tugasnya memajukan kerja sama antarbangsa melalui bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam rangka penegakan hukum, penegakan hak asasimanusia, dan penegakan keadilan. Berdiri 4 November 1946 yang berkedudukan di Paris, Perancis. Proyek yang disponsori oleh UNESCO termasuk program baca-tulis, teknis, dan pelatihan-guru; program ilmu internasional; proyek sejarah regional dan budaya, promosi keragaman budaya, kerja sama persetujuan internasional untuk mengamankan warisan budaya dan alam serta memelihara hak azasi manusia; dan mencoba untuk memperbaiki perbedaan digital dunia.
Apabila menganalisis dari beberapa pemberitaan di media nasional misal, Kompas, Senin 21 Mei 2012 bahwa Kepala Dinas Priwisata Kota Pagaralam Sukaemi, mengajukan proposal untuk mendapat pengakuan UNESCO sebagai heritage baru tiga bulan lalu. Kira-kira pengajuannya pada bulan Maret 2012 ini. Dengan demikian Pemerintah Kota Pagaralam berharap dapat meningkatkan pemeliharaan dan perlindungan terhadap peninggalan-peninggalan Megalith di daerahnya yang diperkirakan berumur 1000-1400 tahun tersebut. Tentunya UNESCO akan memberikan konvensasi untuk pemeliharaan dan perlindungannya karena menjadi bagian dari warisan budaya dunia.
Sementara Ketua Tim Arkeologi Megalithikum, Balai Arkeologi Palembang, Kristantina Idriastuti jelas mengatakan bahwa Kabupaten Lahat adalah merupakan pusat peradaban Megalitikum di Sumatera Selatan. Bahkan penemuan di kawasan Besemah tersebut cukup lengkap dan dengan kondisinya yang baik.
Selain itu yang terdata oleh Balai Arkeologi Palembang peninggalan megelitikum di Pagaralam baru 67 buah, dan di Kabupaten Lahat terdata sudah 364 peninggalan megalitikum. Lalu apa yang menjadikan UNESCO tidak melirik Megalitikum di Kabupaten Lahat yang secara kualitas lebih baik dan secara kuantitas lebih banyak. Ada apa dan mengapa, sebaiknya seluruh lapisan masyarakat harus terlibat memberikan saran dan solusinya.
Saya kira tidak sedikit masyarakat yang kecewa, atas kejadian seperti ini. Kabupaten Lahat merupakan Kabupaten induk dari beberapa kabupaten dan kota sebelumnya. Sesungguhnya Lahat adalah kabupaten yang tangguh dan mampu, tetapi seolah-olah kelihatan sangat lemah dalam hal ini. Meskipun kita yakin bahwa kita bisa melakukan yang sama, dan mungkin bisa lebih baik.
Kejadian ini mungkin dapat mendongkrak munculnya rasa kedaerahan dan patriotisme untuk merapatkan barisan membangun Lahat menjadi kabupaten terdepan dalam pariwisata dan seni budaya. Terdepan dalam menjaga, melestarikan dan mengembangkan daerah pariwisata serta seni budaya.
Kabupaten Lahat Kaya SDA dan Seni Budaya
Saat ini siapa yang tidak mengenal Kabupaten Lahat terutama akan sumber daya alam (SDA) batubaranya. Banyak investor dari luar negri, dan dari luar kota serta luar provinsi berdatangan untuk menggali kekayaan batubara yang tersimpan di tanah negri Seganti Setungguan ini. Lahat menjadi tujuan para investor dari dalam dan luar negri. Siapa tahu kedepan akan menginvestasikannya dalam pengembangan pariwisata Kabupaten Lahat yang sangat kaya akan keindahan alam serta peninggalan sejarah seni dan budayanya.
Kabupaten Lahat juga sangat terkenal dengan lagu-lagu daerahnya, tarian-tariannya dan sastra tuturnya. Tapi apakah masyarakat Lahat sendiri menyadari itu atau tidak, saya tidak tahu. Dimana-mana lagu daerah Lahat paling sering dinyanyikan dalam acara-acara tertentu, bahkan dalam event lomba lagu daerah, begitupun tarian-tariannya di tingkat Provinsi. Karena banyaknya lagu dan tarian yang diciptakan seniman Lahat. Sejauhmana penghargaan atau apresiasi pemerintah terhadapnya.
Secara geografis daerah lahat memungkinkan banyak lahirnya para pekerja seni dan bukti yang sangat kuat adalah dengan adanya peninggalan arca pada jaman megalithikum. Ribuan tahun yang lalu, masyakat di dataran Besemah sudah dapat mengukir batu-batu menjadi arca yang indah, dengan halus dan cukup perfek. Dengan menggunakan alat yang sederhana pada saat itu, mereka sudah dapat menciptakan benda dan karya seni yang cukup detail. Menunjukkan bahwa peradaban masyarakat di dataran Besemah saat itu sangat tinggi, mereka memiliki kemampuan teknologi lebih baik di manapun di muka bumi pada saat jamannya itu.
Focus Group Discussion Megalith Heritage
Sehari sebelum banyak berita di media massa megalitikum di Pagaralam mendapat pengakuan UNESCO sebagai heritage dunia, Balai Arkeologi Palembang yang di pimpin oleh Ibu Kristantina Indriastuti mengadakan Focus Group Discussion (FGD) di Rumah Dinas Bupati Lahat H. Saifudin Aswari Rivai, SE yang mengundang 20 orang pemangku kepentingan yaitu Bupati Lahat, Kepala Bappeda Lahat, Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kabupaten Lahat, Dinas Pariwisata dan Budaya Lahat, Camat Se-Kabupaten Lahat, Pemerhati Budaya, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang konsen dengan seni budaya, dan Perusahaan Swasta yang konsen dengan kebudayaan Lahat.
Dalam FGD yang di gelar pada Kamis 17 Mei 2012 pukul 11.00 wib ini Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten Lahat, tidak hadir satu orangpun perwakilan dari Dinas tersebut. Tetapi ketidak hadiran pegawai dinas pariwisata dan budaya ini tidak menjadi halangan untuk melakukan diskusi tersebut. Ketidakhadiran Parbud pada kesempatan yang baik dan jarang terjadi itu sangat di sayangkan. Karena kegiatan ini jelas sangat berhubungan dan sebagai wilayah kerjanya.
Menurut Kristantina, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim dari Balai Arkeologi Palembang, ditemukan sebaran situs-situs megalitik yang menyimpan tinggalan budaya berupa arca, dolmen, kursi batu, menhir, bilik batu, lumpang batu, lesung batu, batu dakon, lukisan batu cadas, tetralith seperti yang terdapat di situs Tegur Wangi, Situs Gunung Kaya, Situs Kota Raya, Lembak, Situs Pulau Panggung, Situs Tinggi Hari, Situs Pulau Pinang, dan Situs Muara Pinang.
Selain situs megalith, ditemukan juga berupa sistem penguburan pada masa prasejarah dengan manusia pendukungnya di daerah Besemah seperti situs Muara Betung, Situs Kunduran, dan situs Muara Payang, Pada beberapa lokasi penemuan tersebut sering ditemukan bekal kubur berupa gerabah (peralatan dari tanah liat), seperti Periuk, Botol, kendi, dan senjata dari logam.
Sementara Irfan (40) salah satu pemerhati budaya Lahat mengatakan bahwa situs Megalitikum itu tersebar dari Desa Tanjung Jambu Kecamatan Merapi Timur, Tanjung Telang Kecamatan Merapi Barat, Desa Kota Baru dan di Lahat Tengah Kecamatan Lahat sampai Muara Payang terdapat ribuan bahkan mungkin jutaan megalith.
Lain hal menurut Mario (42), seorang traveler yang berusaha mengelilingi kota di dunia, memastikan kalau megalith yang terdapat di Kabupaten Lahat ini adalah yang terbaik dan terbanyak di dunia.
Polemik Tanda Sayang
Kalau saya menilai peranan masyarakat itu lebih utama dalam pembangunan daerahnya dan masyarakat saat ini memiliki wakilnya di DPRD. Bagaimana peranan DPRD dalam mengembangkan pariwisata dan seni budaya daerahnya. Karena pemerintah tidak mungkin akan terus mengandalkan pajak dari kekayaan alam yang tidak dapat diperbaharui seperti batu bara dan minyak bumi yang berada di wilayah ini. Sehingga kebijakan dalam pengembangan daerah pariwisata dan seni budaya menjadi prioritas.
Dengan pengembangan daerah pariwisata, ekonomi kerakyatan, yang berbasis ekonomi mikro, yang pengelolaannya di miliki masyarakat ekonomi menengah ke bawah akan ikut terdongkrak. Para pengrajin dan seniman lokal dituntut kreatif, untuk menciptakan berbagai oleh-oleh khas Lahat, serta mengemas pertunjukan seni tradisi. Para petani dituntut untuk mengembangkan produksi pertanian agro bisnis. Begitupun para pelajar dan mahasiswa mencari peluang kerja atau membuka peluang usaha mandiri guna mencukupi kebutuhan wisatawan yang akan membuang uangnya untuk kepuasan dalam perjalanan berwisata.
Saya kira kalau saja Pemerintah itu mau menerima usulan dari berbagai pihak, tidak menutup diri, insyaallah pariwisata dan seni budaya kita sudah lebih baik. Karena Lahat banyak memiliki pakar pariwisata dan Budaya dan sebagai masyarakat Lahat harus bangga.
Dalam kejadian lewatnya UNESCO ke kota tetangga yang notabene merupakan anak dari Kabupaten Lahat ini, tampak pemerintah Lahat menyikapinya lamban, seperti kurang menhargai dan kurang peduli kebudayaannya sendiri, seperti kurang percaya diri dengan hasil keseniannya yang adiluhung di mata dunia.
Tetapi kita tidak bisa hanya saling salahkan, akan tetapi bagaimana mulai sekarang masyarakat yang mengerti akan berharganya seni budaya sendiri ini ikut berpartisipasi, menjaga dan merawatnya. Kalau saling salahkan bukan menjadi penyelesaian. Sebab masyarakat yang mengertilah sebagai pilarnya. Mari kita ajak seluruh elemen masyarakat berusaha mngenalkan seni budaya Lahat kepada seluruh umat di bumi, dan kita desak pemerintah tidak hanya di daerah tapi juga pusat untuk segera melakukan tindakan yang proporsional terhadap kekayaan alam dan warisan budaya dunia ini. Saya yakin pemerintah tidak bisa bekerja sendiri tanpa bantuan masyarakatnya.
Salam Budaya!
Penulis Pembina Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] dan guru SMA N 1 Merapi Selatan Kabupaten Lahat, Sumatera Selatan.

1 komentar:

  1. semoga saja banyak guru yang bisa menulis tentang kebudayaan lokal

    BalasHapus