Rabu, 09 Mei 2012

Pentas Perampok Lembah Serelo di Aula SMA N 4 Kabupaten Lahat

Di Lembah Serelo Hiduplah Rakyat Lembah Serelo yang hidup tentram dan damai. Seiring berjalannya waktu dan era globalisasi, memaksa warga lembah serelo harus mengatur alur era globalisasi. Perampok lembah serelo merampas kebudayaan Lembah serelo. Perlahan-lahan semua digantikan dengan kebudayaan modern. Menyingkirkan kebudayaan lokal di Lembah Serelo.
Demikianlah prolog dari pementasan Teater SMAN 4 Lahat yang berjudul Perampok Lembah Serelo, yang diketuai Dian Permatasari bersama teman-temannya sekaligus pameran lukisan karya siswa dan mereka bekerjasama dengan teater Gending dari Muara Enim yang berkeliling dibeberapa daerah di Indonesia hingga Mei 2012 mendatang mementaskan Monolog Tradisi Rebana.
Ratusan siswa sekolah antusias sekali menonton acara yang sebetulnya langka dilakukan di Bumi Seganti Setungguan ini. Terhitung menurut Dian sang sutradara Perampok Lembah Serelo, merupakan kali pertama mereka bekerjasama dan untuk pertama kali pula melakukan pementasan teater di Aula sekolah ini. “Dengan memungut kontribusi dari penonton sebesar Rp3ribu dan pertunjukan yang diadakan 2 kali pada pukul 9.30 dan pukul 15.00 ternyata lumayan banyak peminatnya,” ungkap Dian. Dirinya juga berharap bahwa pertunjukan seni yang selama ini hanya festival tari dan lagu daerah, serta band sekarang bisa memunculkan warna baru bagi dunia kesenian dan hiburan di Lahat dengan menghadirkan pementasan Teater ini. Kedepan bukan tidak mungkin dengan bekerjasama dengan pihak-pihak lainnya bisa dilakukan hal yang sama. Ada penonton yang sangat antusias menonton pementasaan ini. Sebut saja Amir (19) dirinya baru pertama menonton pementasan teater di Lahat ini. Dan menurutnya cukup bagus dengan mengusung budaya lokal seperti Rebana dan bahasa Lahat menjadi tontonan menarik. “Kontribusi untuk pementasan ini rasanya bisa lebih mahal lagi tidak hanya Rp3ribu. Kerja keras siswa ini harus dihargai dan diberi apresiasi tinggi,” ungkapnya.
Kerja siswa ini cukup lama hanya mengandalkan kepiawaian mereka menyusun semuanya dengan baik. Tanpa bantuan pihak-pihak yang seharusnya bisa mendukung berkesenian mereka. Sebut saja Ahmad Syahri Kurnianto SHI, Yudhi Ismanto dan Komunitas Sastra Lembah Serelo (KSLS) yang merupakan sekelompok orang muda juga yang membantu siswa-siswa ini sehingga pementasan bisa berjalan. “Saya sebagai pembina hanya membimbing mereka dari belakang dan memberi sedikit masukan dalam berkarya seni. Semua kemampuan berkarya ada ditangan siswa-siswa ini,” jelas Jajang R Kawentar didampingi Waka Kesiswaan Nurcahyo. Muatan kedaerahan seperti cerita si Pahit Lidah yang menjadi tokoh di dalamya menjadi alur yang menarik di tonton. Permainan gitar tunggal juga mengiringi pertunjukan ini dibawakan oleh Maya Novianasari. Selain itu juga diiringi tari asli Lahat yakni Tari Erai-Erai menambah kekentalan dari unsur kedaerahan yang mereka usung. Fikri MS sendiri dari Teater Gending mengungkapkan bahwa ditengah modernisasi tradisi Rebana tidak banyak berubah, hanya dipakai untuk tetabuhan saat hajatan pernikahan dan perlu adanya sentuhan lain agar kesenian ini bisa lebih berkembang. “Dalam pertunjukan yang kami usung ini sudah berjalan dibeberapa daerah dari Pare, Jombang, Gresik, Bandung, Depok, Yogya, Bali, Lombok, dan beberapa daerah disumatera selatan termasuk Lahat dan Palembang,” jelasnya kepada Berita Pagi.
Sementara Pameran Seni Lukis ini juga cukup banyak peminat yang mengapresiasinya. Mereka dalam merencanakan kegiatan melukis dan mengambar tidak hanya sampai disini saja. “Kami juga sedang mengarap melukis dinding jembatan Tanjung Payang yang membelah sungai Lematang ini, dan pameran ini karya beberapa siswa yang tergabung didalamnya,” tukas Ririn Nurhalimi siswi kelas X yang memimpin Seni Lukis di SMAN 4 Lahat ini. Ia bersama teman-temannya juga berharap pameran lukisan ini akan rutin diadakan di Lahat. (soufie retorika)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar