Jumat, 11 Mei 2012

KJSS: SURAT KEPADA BUPATI LAHAT

Oleh Jajang R Kawentar
Tulisan ini merupakan catatan lomba menulis surat kepada Bupati Lahat H. Saifudin Aswari Rivai, SE yang di Gelar Komunitas Jurnalis Seganti Setungguan (KJSS) selama bulan Maret.
Lomba membuat surat untuk Bupati, Gubernur bahkan untuk Presiden sebetulnya bukan barang baru. Beberapa daerah sudah melakukannya seperti kota Bayuwangi (Jawa Timur), Kabupaten Pasaman (Sumatera Barat), Kabupaten Siak (Kepulauan Riau), Nunukan (Kalimantan Timur), Kabupaten Kotawaringin Timur (Kalimantan) Kabupaten Brebes (Jawa Tengah), Kabupaten Kuningan (Jawa Barat).
Lomba ini berguna untuk Pemimpin daerah mengontrol perkembangan pembangunan diberbagai pelosok, yang mungkin belum bisa dijangkau oleh perhatian pemerintah atau bagian dari evaluasi kinerja dari berbagai Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), selain itu sebagai upaya menjalin hubungan langsung antara masyarakat dengan pemimpin daerahnya yang mungkin selama ini sulit bertemu dan tidak dapat terwakilkan. Sehingga dapat menyambungkan tali silaturahmi dengan Pemimpin daerahnya sekaligus mengetahui berbagai masalah yang menyumbat aliran komunikasi antara masyarakat pendukungnya dengan pemimpin pilihannya.
Berbagai gaya bahasa menyampaikan uneg-uneg dalam bentuk kritik, saran dan pujian terhadap kinerja Bupati selama menjabat, begitu bervariatif. Diantarnya menyorot mengenai kekhawatiran efek dari Penambangan Batu-bara; banyaknya aset wisata Lahat yang terabaikan; beberapa jalan yang rusak akibat angkutan yang melebihi tonase; tidak adanya fasilitas pendidikan terutama pelajaran Kimia, Fisika dan Teknologi Informasi Komputer, serta buku-buku pengetahuan di perpustakaan; perlunya apresiasi bagi orang-orang berprestasi dibidangnya yang telah mengharumkan Kabupaten Lahat.
Sementara pujian yang paling banyak diberikan untuk bupati; Bahwa Bupati H. Saifudin Aswari Rivai, SE merupakan sosok yang dekat dengan Rakyat terbukti dengan program-programnya yang berupa santunan bagi yang terkena musibah; tidak segan untuk berkunjung ke daerah-daerah terpencil, membukaan akses jalan; mengundang berbagai lapisan masyarakat ke Pendopoan Bupati padahal sebelumnya Pendopoan itu seperti menara gading bagi masyarakat kecil; yang terakhir bahwa Bupati H. Saifudin Aswari Rivai, SE ini masih muda dan ganteng.
Demikian inti dari ribuan surat yang semuanya dibaca juri lomba menulis surat yang di teruskan kepada Bapak Bupati. Dengan berbagai macam karakter tulisan, karakter bahasa, dan tata aksara, sesuai dengan pemahaman mereka dalam teknik membuat surat. Ada yang memiliki karakter tulisan yang baik, tata bahasa dan tata aksaranya serta tatakramanya tidak memenuhi kriteria, begitulah sebaliknya. Sehingga perlu kejelian dalam mempertimbangkan surat yang di anggap penting, kreatif serta mencerminkan jiwa remaja, dan masuk sesuai dengan kriteria penilaian.
Beretika Dalam Surat
Membuat surat yang dimaksud ini sebuah refleksi dari berbagai unsur pengetahuan, terutama tatakrama, tata bahasa, dan tata aksara, yang mengalir menjadi sebuah tulisan dalam selembar kertas yang ditujukan kepada seseorang. Tidak mengumbar kata-kata yang tidak berkenan untuk diungkapkan oleh seorang pelajar atau dari seoarang anak kepada orang tua. Tidak memiliki aturan, asal nyablak, tidak mencerminkan sorang pelajar yang berpendidikan.
Lomba membuat surat ini juga bukan surat resmi yang dikirimkan dari pejabat tinggi kepada bawahannya, lomba membuat surat ini bukan seperti surat dari sebuah Lembaga Swadaya Masyarakt kepada pemerintahan, juga bukan surat dari bawahan kepada atasan. Demikianlah kebanyakan surat yang diterima panitia. Surat yang diharapkan adalah surat dari saudara, adik, atau seorang anak kepada kakak atau kepada Ayahnya. Tentunya sebuah surat yang akrab, surat yang menjalin kekeluargaan. Surat yang mengirimkan kritik dan saran dengan tatakrama, dengan tata bahasa dan tata aksara yang baik dan benar. Bahasa yang terstruktur. Sehingga ketika dibaca surat itu menyejukkan, menyenangkan, dan tidak menggurui. Surat itu tidak hanya berisikan sekedar kritik dan saran tanpa ada (output) sebuah jalan keluarnya. Surat itu tidak hanya berisikan berbagai masalah, namun bagaimana menciptakan semangat bersama membangun dan menjaga Kabupaten Lahat dengan karya.
Surat yang keluar dari lubuk hati yang paling dalam, sehingga menilainya juga dengan hati. Bukan karena emosi atau antipati, bukan karena isu-isu politis. Tetapi sebagai ungkapan sayang dan cinta kepada tanah kelahirannya, atau tanah yang dipijaknya.
Satu Surat Berbicara untuk Semua
Bupati H. Saifudin Aswari Rivai, SE menyikapi kegalauan isi surat yang dikirim para pelajar yang terangkum dalam empat surat terbaik menurut ketetapan juri pada acara pengumuman sekaligus penyerahan hadiah bagi para pemenang lomba tanggal 7 April 2012 di Pendopoan Bupati bersamaan dengan pengukuhan kepengurusan KJSS. Panitia meminta memilih tiga penulis surat terbaik dari 1500 lebih surat yang diterima. Tetapi juri menyarankan 4 orang penulis surat terbaik kepada panitia dan disetujui panitia.
Untuk memastikan bahwa yang menulis surat itu betul-betul dirinya, bukan hasil meniru atau hasil dari karya orang lain maka sebelum penyerahan hadiah nominasinya dilakukan wawancara terlebih dahulu dengan yang bersangkutan. Hal ini untuk memastikan, dan meyakinkan juri serta panitia supaya tidak salah pilih.
Peraih penulis Surat terbaik pertama adalah siswi SMA N 1 Merapi Barat kelas XI IPA 2 merupakan putri anak seorang buruh tani di desa merapi Kecamatan Merapi Barat, yang aktif sebagai ketua OSIS tahun 2012-2013. Dia bercerita kebiasaan sehari-harinya setelah berkembangnya perusahaan tambang batu bara. Banyak perubahan lingkungan dan hutan, karena dampak eksploitasi batu bara. Sebuah kekhawatiran dan harapan perubahan, baik secara ekonomi dan perlindungan alam di sekitar Merapi. Ini sebagai pesan perbaikan lingkungan dan peningkatan pendapatan masyarakat Lahat pada umumnya.
Peraih Penulis surat terbaik kedua, Yuzi Elzani adalah siswi kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Tanjung Sakti PUMU, anak dari seorang petani kopi, dia bercerita tentang kebersiahan dan asrinya sekolahnya, serta semangat untuk belajar serta meraih cita-cita. Meskipun dengan keterbatasan fasilitas belajar yang pada umumnya sekolah di daerah hampir semua sama. Dia menyampaikan haknya sebagai anak didik, yang sekaligus menyuarakan hak-hak bagi anak didik yang sama seperti keadaan dirinya.
Peraih Penulis surat terbaik ketiga, Melly Widarti, siswi SMA N 2 Lahat yang duduk di kelas X B, anak dari seorang Buruh Bangunan di Talang Jawa Lahat. Dia menuliskan keinginannya untuk menjadi seorang penulis. Dia tidak cukup mental dan keadaan ekonomi keluarganya yang kurang mendukung. Ini merupakan gambaran remaja Lahat pada umumnya yang membutuhkan suport supaya memiliki mental yang baik dan mandiri, supaya dapat bersaing di tingkat global serta dapat membawa harum nama Kabupaten Lahat dengan berbagai prestasi.
Apa yang ditulisnya sebetulnya sebuah kritik bagi pembangunan dalam dunia pendidikan dan wahana remaja di Lahat yang tidak meliputi berbagai talenta yang harapkan. Bahwa ada talenta unik dan khas yang perlu diperhatikan di dalam pembangunan dunia pendidikan, dan hal itu tidak terakomodir.
Peraih Penulis surat terbaik keempat, Fitri Handayani, siswi SMA Negeri 4 Lahat kelas XI IPA III, anak dari pasangan pengusaha dan ibunya guru di Kota Lahat. Dia menuliskan kurangnya buku yang ada di perpustakaan kabupaten Lahat, koleksinya masih seperti yang dulu, tidak bertambah, meskipun telah memiliki fasilitas Internet. Hanya dia cukup kagum dengan Bupati Lahat H. Saifudin Aswari Rivai, SE yang telah dengan cepat tanggap terhadap persoalan jalan yang rusak di dekat sekolahnya. Dia berharap bupati bisa mengabulkan segala permintaannya dengan sihirnya seperti Harry Potter.
Penulis Pembina Komunitas Sastra Lembah Serelo [KSLS] dan Guru SMA Negeri 1 Merapi Selatan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar